Wednesday, July 24, 2013

The Idol Doctor (Dokter Idaman Umat)


Bissmillahirrahmanirrahim.


Tulisan berikut ini akan nampak seperti resensi buku sebab saya akan mengupas tentang sebuah buku, yang tepatnya ialah sebuah novel tapi mengandung cerita yang bersumber dari realitas kehidupan yang terjadi di masyarakat pada masa sekarang. Novel tersebut ditulis oleh seorang lelaki muda yang berprofesi sebagai dokter asal negeri jiran, Malaysia. Walau berbeda tanah air, rasa-rasanya (sebenarnya bukan rasanya lagi tapi sebenarnya), problematika sosial, budaya dan agama di Indonesia dan Malaysia tak jauh beda. Bedanya cuma, Malaysia punya Perdana Menteri dan kita punya Presiden. Itu saja! apa lagi? Kenapa pusing-pusing cari perkara, percekcokan? Gitu aja kok repot. :D


Tentu jarang sekali kita temui seorang dokter menulis novel. Apalagi novelnya ditulis dengan gaya bahasa yang teratur indah dan bersastra tinggi. Saya saja yang lulusan jurusan Sastra tulen belum tentu bisa menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa menulis (terutama cerita atau novel) itu bukanlah bidang yang dikhususkan untuk orang-orang Sastra atau Sosial. Bahkan mantan presiden kita, Prof, B.J. Habiebie, pun menulis novel dan puisi.


================================================================


Mungkin saya terlalu percaya diri menulis judul di atas. Memang lah, saya akui saya tidak mendalami ilmu eksakta/sains apalagi njelimat seperti ilmu kedokteran. Namun, apa pun dunia kerja yang kita tekuni saat ini, ianya tak kan terlepas dari realitas sosial dan budaya serta yang lebih penting lagi aturan kehidupan beragama, termasuk juga pekerjaan sebagai dokter. Jika dia menyangkut agama (kewajiban/larangan), kita sebagai saudara sesama muslim wajib saling mengingatkan. 


Saat membaca novel ini, awalnya saya tak terpikirkan untuk menulis book review-nya. Gaya bahasa Melayu yang penulis pakai begitu kental. Bagi pembaca Indonesia (mungkin) rasanya agak ganjil. Setelah saya coba meluruskan niat membaca saya, perbedaan sedikit dalam bahasa langsung tak jadi masalah. Kosa kata baru membuat saya semakin kaya dan saya sangat menikmati membacanya. Dalam proses membaca itulah, saya diingatkan kembali dengan sosok dokter muda sekaligus da'i inspirasional ketika saya di SMA, dokter Fajar (ada di tulisan sebelumnya - Saya Malu). Selain itu, drama TV Islami edisi bulan Ramadhan tahun ini memunculkan tokoh baru yang berprofesi sebagai dokter muda dan namanya juga sama, dokter Fajar. Ini bukanlah kebetulan! Apa yang saya pikirkan, baca dan dengarkan, hampir semuanya ngomongin soal dokter.


Jadi, yang belum saya lakukan adalah menulisnya. Dan saya merasa wajib melakukannya (menulisnya) sebab ini salah satu jalan berbagi kebenaran dan kebaikan untuk sesama. Lebih-lebih lagi, kawan-kawan dan keluarga saya ada yang menerjuni dunia kerja kedokteran, kewajiban menulis ini menjadi semakin memberatkan sehingga harus segera dilaksanakan. Siapa tahu di antara mereka belum pernah tahu dan belum membaca buku ini. Di samping itu, saya memiliki pengalaman yang menyedihkan dengan beberapa orang yang berprofesi dalam dunia kesehatan/kedokteran. Sehingga kelayakan buku ini untuk dibaca oleh semua orang tanpa memandang profesi harus diberitakan.



================================================================

Judul Buku                             : Denyut Kasih Medik

Penulis                                    : Dr. Farhan Hadi Hj. Mohd Taib

Tempat, Tanggal Lahir        : Kuala Krai, 5 Oktober 1983

Cetakan ke-                         : Cetakan Pertama Februari 2010

Penerbit                                 : Telaga Biru Sdn Bhd



Novel ini mengisahkan perjuangan seorang dokter muda, dokter Muslih,  dalam usahanya mengaplikasikan syiariat Islam di rumah sakit, tempat pertama di mana dia menjadi seorang dokter HO (Houseman) selepas menyelesaikan studinya di salah satu universitas di Malaysia. Tak seperti dokter-dokter pada umumnya, dia sangat memperhatikan kewajiban dan larangan agama dalam pekerjaannya. Dengan kegigihannya sebagai dokter muslim, dia berupaya keras agar segala pekerjaan yang melibatkannya tidak bertentangan dengan syiariat Islam.


Memang sudah menjadi azzam-nya ingin menjadi dokter sekaligus da'i sejak dahulu lagi dan pada saat dia mendapat posting di rumah sakit itulah waktu yang tepat untuk mewujudkannya. Selama bergelar mahasiswa kedokteran, waktunya tersita hanya untuk belajar ilmu perubatan dan kedokteran di kampus serta kajian Islam dalam kegiatan usrah dan halaqah  yang diikutinya secara rutin sampai dia menjadi dokter sekalipun. Dokter Muslih sangat menjaga pergaulannya, terutama dengan wanita. Hubungan pertemanan sesama laki-laki pun dia jaga. Dia selalu berusaha memberi pengaruh positif pada kawan-kawannya.


Setiap impian pasti akan menghadapi cobaan. Begitu pula yang menimpa dokter Muslih. Setiap kebaikan yang dia sampaikan kepada orang yang kebanyakan pasien dan kawan-kawan kerjanya tidaklah selalu disambut dengan baik. Malahan, dokter Muslih sering mendapat tantangan berat dan harus bersabar karenanya. Dia menyadari betul bahwa perjuangan menegakkan syiariat Islam di tempat yang masih awam membutuhkan pengorbanan dan kesabaran yang besar serta sikap pantang menyerah.


Novel ini sungguh menarik. Dr. Farhan tidak hanya bercerita tentang ilmu-ilmu kedokteran yang umum dipakai tetapi juga memasukkan fiqh perubatan Islam yang juga relevan. Penulis juga memunculkan isu-isu pemakaian obat-obatan yang bahannya berasal dari sumber yang haram, seperti  clexane, yakni sejenis obat yang dipakai untuk mencairkan darah yang mengandungi protein khinzir (babi). Sebagai penggantinya, tokoh utama dalam novel tersebut menawarkan obat lain yang halal dan bisa menggantikan fungsi clexane, yakni heparin. Untuk memperjuangkannya (menggantikan penggunaan clexane  ke heparin) tidaklah mudah sebab protokol rumah sakit sejak lama memakai clexane. Apabila ada orang yang mau menggantinya, berarti orang tersebut mengubah alias melanggar protokol. Memandang kecintaannya dan keyakinannya pada agama, dokter Muslih tidak menyerah betapa pun sulitnya. Walaupun dia hanya dokter HO, bukan berarti dokter senior selalu benar. Akhirnya dia berhasil dan itu hanyalah salah satu dari banyak hal yang dia perjuangkan di rumah sakit.


Novel tak kan manis rasanya jika tak ditambah madu alias cinta. Novel unik ini tidak hanya melulu menceritakan kesibukan dan kerumitan dunia kerja kedokteran. Dokter Muslih, sang tokoh utama, juga dihadapkan dalam problema lelaki bujang, yakni cinta. Mengingat background agama Islamnya sangat kuat, pandangannya terhadap cinta sangat berbeda dan anggun. Para pembaca akan dibawa menyelami hati yang suci mencari cintai sejati dari sosok dokter muslim dalam novel ini. Karena itu, selain fiqh perobatan,penulis juga menggabungkannya dengan fiqh wanita dan cinta. Bagi para pembaca, perempuan khususnya, akan dijadikan cemburu pada wanita pilihan dokter Muslih. Cara dia memperlakukan wanita mempesona jiwa. MashaaAllah.


SubhanaAllah. Novel karya Dr. Farhan ini sungguh kaya akan nasihat. Setiap permasalahan di dalamnya membawa pembaca mengingat Allah (berdzikir). Penulis menyatukan segala aspek kehidupan dalam satu novel, all in one. Pembaca akan banyak belajar tentang realitas praktek pengobatan dan kerja keras dokter melayani masyarakat serta aplikasi syiariat di dalamnya. Di samping itu, pembaca juga disajikan cerita-cerita penuh hikmah yang menyangkut hubungan pribadi, keluarga, persahabatan, masyarakat, negara bahkan hubungan sesama muslim secara global.    


Secara pribadi, saya memang sangat kagum pada sosok dokter Muslih. Usianya yang muda tidak membuatnya takluk pada tata cara kehidupan yang sudah lama ada dan berjalan tapi salah. Dia mampu membela dan memperjuangkan kebenaran meskipun harus menantang rintangan. Yang membuat dokter Muslih lebih spesial lagi ialah dia tidak makan di restoran KFC atau McD (sengaja sebut merek). Dalam novel itu, diceritakan panjang lebar mengapa dia tidak melakukannya meskipun ditraktir kawannya sekalipun.


Dari segi penampilan, dokter Muslih dikisahkan sederhana dan tidak ikut perkembangan zaman (mode). Oleh sebab itu, jika dokter-dokter muda lainnya memakai celana jeans, dia akan muncul dengan celana kain polosnya. Keren kan! Sebagai laki-laki muslim, dokter Muslih juga memelihara janggut mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Coba perhatikan seksama dokter-dokter laki-laki, khususnya yang muslim, di sekitar kita. Adakah mereka memelihara sunnah Rasul ini. Tambahan lagi, jika kita menjadi pasien di rumah sakit, adakah dokter selalu mengingatkan kita melaksanakan sholat 5 waktu. Dokter Muslih benar-benar dokter muda yang luar biasa. Dia lah dokter dunia dan akhirat.


Novel ini bukanlah sekedar kisah manusia dalam tulisan, rangkaian kata-kata. Novel ini nyata dan benar-benar terjadi di dunia para pembaca yang sesungguhnya. Hanya saja, untuk mendapatkan dan menemui dokter muslim sejati seperti dokter Muslih masih sukar sebab jumlahnya yang masih sangat sedikit.


Tanpa ragu, novel hebat ini highly recommended. Karya dokter Farhan yang bertajuk Denyut Kasih Medik sangat cocok dibaca oleh 1) para dokter muda untuk dijadikan i'tibar  dan pengajaran , 2) para mahasiswa kedokteran yang akan berkecimpung langsung dalam praktek yag sebenarnya sehingga bisa mempersiapkan diri lebih awal menghadapi realitas lapangan yang seringnya tak sama dengan yang dibayangkan ketika masih belajar, 3) para muda-mudi (remaja) yang sedang membangun mimpi menjadi dokter, bisa menjadikan dokter Muslih sebagai inspirasi, dokter dunia akhirat, dokter idaman umat, serta 4) orang-orang pada umumnya, tak terbatas oleh apa pun profesi, juga dialu-alukan membaca novel Islami ini agar pengetahuan tentang ilmu kedokteran secara umum dan fiqh perobatan Islam bisa saling melengkapi dan menguatkan akidah. 



================================================================

Alhamdulillah.


Setelah membaca kisah dokter Muslih, beberapa waktu kemudian, sang penulis, dokter Farhan datang ke Brunei, mengisi ceramah pada acara seminar di Universitas Brunei Darussalam. Hati menjerit ingin datang menghadiri, apa daya amanah mengikat akal dan pergerakan. Cukuplah hati puas mendengar sekilas beritanya di TV. Kira-kira ada nggak perkumpulan mahasiswa Indonesia yang mau mengundangnya jadi pembicara? In Shaa Allah, saya langsung daftar dan pesan kursi paling depan :D.


Bagi yang suka nongkrong  di toko buku dan sekaligus kutu buku, apakah novel Denyut Kasih Medik  sudah masuk pasaran Indonesia? Bagi yang minat, sila hubungi saya, GRATISSSSSSS tapi TERBATAS bagi yang beruntung sebab saya pun kuatir cetakan pertamanya sudah habis.


Last but not least, saya harapkan tulisan yang mengandung sedikit banyak informasi ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Saya berdoa semoga Allah senantiasa memberi kita petunjuk-Nya, selalu berada di jalan yang baik dan benar, sesuai syiariat-Nya. Aamiiin Ya Rabb.


Idol Doctors?Yesssssssss! Ordinary Doctors? Uh, Noooooooooo!


Bandar Seri Begawan, Wednesday, 24th July 2013

22:20 at local time




2 comments:

  1. belum ada cetakan yang dialih bahasakan ke indonesia mbak?

    ReplyDelete
  2. Belum ada dan mungkin tidak akan ada, akhi sebab bahasanya kan mirip bahasa Indonesia, meski tak sama 100%. Seru, lho bahasa Melayu!

    ReplyDelete