Bissmillahirrahmanirrahim.
Tulisan berikut
ini akan nampak seperti resensi buku sebab saya akan mengupas tentang sebuah
buku, yang tepatnya ialah sebuah novel tapi mengandung cerita yang bersumber
dari realitas kehidupan yang terjadi di masyarakat pada masa sekarang. Novel
tersebut ditulis oleh seorang lelaki muda yang berprofesi sebagai dokter asal
negeri jiran, Malaysia. Walau berbeda tanah air, rasa-rasanya (sebenarnya bukan
rasanya lagi tapi sebenarnya), problematika sosial, budaya dan agama di
Indonesia dan Malaysia tak jauh beda. Bedanya cuma, Malaysia punya Perdana
Menteri dan kita punya Presiden. Itu saja! apa lagi? Kenapa pusing-pusing cari
perkara, percekcokan? Gitu aja kok repot. :D
Tentu jarang
sekali kita temui seorang dokter menulis novel. Apalagi novelnya ditulis dengan
gaya bahasa yang teratur indah dan bersastra tinggi. Saya saja yang lulusan
jurusan Sastra tulen belum tentu bisa menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa
menulis (terutama cerita atau novel) itu bukanlah bidang yang dikhususkan untuk
orang-orang Sastra atau Sosial. Bahkan mantan presiden kita, Prof, B.J.
Habiebie, pun menulis novel dan puisi.
================================================================
Mungkin saya
terlalu percaya diri menulis judul di atas. Memang lah, saya akui saya tidak
mendalami ilmu eksakta/sains apalagi njelimat seperti ilmu kedokteran.
Namun, apa pun dunia kerja yang kita tekuni saat ini, ianya tak kan terlepas
dari realitas sosial dan budaya serta yang lebih penting lagi aturan kehidupan
beragama, termasuk juga pekerjaan sebagai dokter. Jika dia menyangkut agama
(kewajiban/larangan), kita sebagai saudara sesama muslim wajib saling
mengingatkan.
Saat membaca
novel ini, awalnya saya tak terpikirkan untuk menulis book review-nya.
Gaya bahasa Melayu yang penulis pakai begitu kental. Bagi pembaca Indonesia
(mungkin) rasanya agak ganjil. Setelah saya coba meluruskan niat membaca saya,
perbedaan sedikit dalam bahasa langsung tak jadi masalah. Kosa kata baru
membuat saya semakin kaya dan saya sangat menikmati membacanya. Dalam proses
membaca itulah, saya diingatkan kembali dengan sosok dokter muda sekaligus da'i
inspirasional ketika saya di SMA, dokter Fajar (ada di tulisan sebelumnya - Saya
Malu). Selain itu, drama TV Islami edisi bulan Ramadhan tahun ini
memunculkan tokoh baru yang berprofesi sebagai dokter muda dan namanya juga
sama, dokter Fajar. Ini bukanlah kebetulan! Apa yang saya pikirkan, baca dan
dengarkan, hampir semuanya ngomongin soal dokter.
Jadi, yang belum
saya lakukan adalah menulisnya. Dan saya merasa wajib melakukannya (menulisnya)
sebab ini salah satu jalan berbagi kebenaran dan kebaikan untuk sesama.
Lebih-lebih lagi, kawan-kawan dan keluarga saya ada yang menerjuni dunia kerja
kedokteran, kewajiban menulis ini menjadi semakin memberatkan sehingga harus
segera dilaksanakan. Siapa tahu di antara mereka belum pernah tahu dan belum
membaca buku ini. Di samping itu, saya memiliki pengalaman yang menyedihkan
dengan beberapa orang yang berprofesi dalam dunia kesehatan/kedokteran.
Sehingga kelayakan buku ini untuk dibaca oleh semua orang tanpa
memandang profesi harus diberitakan.
================================================================
Judul Buku : Denyut Kasih
Medik
Penulis : Dr. Farhan
Hadi Hj. Mohd Taib
Tempat, Tanggal
Lahir : Kuala Krai, 5 Oktober 1983
Cetakan ke- : Cetakan Pertama
Februari 2010
Penerbit : Telaga Biru
Sdn Bhd
Novel ini
mengisahkan perjuangan seorang dokter muda, dokter Muslih, dalam usahanya mengaplikasikan syiariat Islam
di rumah sakit, tempat pertama di mana dia menjadi seorang dokter HO (Houseman)
selepas menyelesaikan studinya di salah satu universitas di Malaysia. Tak
seperti dokter-dokter pada umumnya, dia sangat memperhatikan kewajiban dan
larangan agama dalam pekerjaannya. Dengan kegigihannya sebagai dokter muslim,
dia berupaya keras agar segala pekerjaan yang melibatkannya tidak bertentangan
dengan syiariat Islam.
Memang sudah
menjadi azzam-nya ingin menjadi dokter sekaligus da'i sejak dahulu lagi
dan pada saat dia mendapat posting di rumah sakit itulah waktu yang tepat
untuk mewujudkannya. Selama bergelar mahasiswa kedokteran, waktunya tersita
hanya untuk belajar ilmu perubatan dan kedokteran di kampus serta kajian Islam
dalam kegiatan usrah dan halaqah yang diikutinya secara rutin sampai dia
menjadi dokter sekalipun. Dokter Muslih sangat menjaga pergaulannya, terutama
dengan wanita. Hubungan pertemanan sesama laki-laki pun dia jaga. Dia selalu
berusaha memberi pengaruh positif pada kawan-kawannya.
Setiap impian
pasti akan menghadapi cobaan. Begitu pula yang menimpa dokter Muslih. Setiap
kebaikan yang dia sampaikan kepada orang yang kebanyakan pasien dan kawan-kawan
kerjanya tidaklah selalu disambut dengan baik. Malahan, dokter Muslih sering
mendapat tantangan berat dan harus bersabar karenanya. Dia menyadari betul
bahwa perjuangan menegakkan syiariat Islam di tempat yang masih awam
membutuhkan pengorbanan dan kesabaran yang besar serta sikap pantang menyerah.
Novel ini
sungguh menarik. Dr. Farhan tidak hanya bercerita tentang ilmu-ilmu kedokteran
yang umum dipakai tetapi juga memasukkan fiqh perubatan Islam yang juga
relevan. Penulis juga memunculkan isu-isu pemakaian obat-obatan yang bahannya
berasal dari sumber yang haram, seperti clexane,
yakni sejenis obat yang dipakai untuk mencairkan darah yang mengandungi protein
khinzir (babi). Sebagai penggantinya, tokoh utama dalam novel tersebut
menawarkan obat lain yang halal dan bisa menggantikan fungsi clexane,
yakni heparin. Untuk memperjuangkannya (menggantikan penggunaan clexane
ke heparin) tidaklah mudah
sebab protokol rumah sakit sejak lama memakai clexane. Apabila ada orang
yang mau menggantinya, berarti orang tersebut mengubah alias melanggar
protokol. Memandang kecintaannya dan keyakinannya pada agama, dokter Muslih
tidak menyerah betapa pun sulitnya. Walaupun dia hanya dokter HO, bukan berarti
dokter senior selalu benar. Akhirnya dia berhasil dan itu hanyalah salah satu
dari banyak hal yang dia perjuangkan di rumah sakit.
Novel tak kan
manis rasanya jika tak ditambah madu alias cinta. Novel unik ini tidak hanya
melulu menceritakan kesibukan dan kerumitan dunia kerja kedokteran. Dokter
Muslih, sang tokoh utama, juga dihadapkan dalam problema lelaki bujang, yakni
cinta. Mengingat background agama Islamnya sangat kuat, pandangannya
terhadap cinta sangat berbeda dan anggun. Para pembaca akan dibawa menyelami
hati yang suci mencari cintai sejati dari sosok dokter muslim dalam novel ini.
Karena itu, selain fiqh perobatan,penulis juga menggabungkannya
dengan fiqh wanita dan cinta. Bagi para pembaca, perempuan khususnya,
akan dijadikan cemburu pada wanita pilihan dokter Muslih. Cara dia
memperlakukan wanita mempesona jiwa. MashaaAllah.
SubhanaAllah. Novel karya Dr. Farhan ini sungguh
kaya akan nasihat. Setiap permasalahan di dalamnya membawa pembaca mengingat
Allah (berdzikir). Penulis menyatukan segala aspek kehidupan dalam satu novel, all
in one. Pembaca akan banyak belajar tentang realitas praktek pengobatan dan
kerja keras dokter melayani masyarakat serta aplikasi syiariat di dalamnya. Di
samping itu, pembaca juga disajikan cerita-cerita penuh hikmah yang menyangkut
hubungan pribadi, keluarga, persahabatan, masyarakat, negara bahkan hubungan
sesama muslim secara global.
Secara pribadi,
saya memang sangat kagum pada sosok dokter Muslih. Usianya yang muda tidak
membuatnya takluk pada tata cara kehidupan yang sudah lama ada dan berjalan
tapi salah. Dia mampu membela dan memperjuangkan kebenaran meskipun harus
menantang rintangan. Yang membuat dokter Muslih lebih spesial lagi ialah dia
tidak makan di restoran KFC atau McD (sengaja sebut merek). Dalam novel itu,
diceritakan panjang lebar mengapa dia tidak melakukannya meskipun ditraktir
kawannya sekalipun.
Dari segi
penampilan, dokter Muslih dikisahkan sederhana dan tidak ikut perkembangan
zaman (mode). Oleh sebab itu, jika dokter-dokter muda lainnya memakai
celana jeans, dia akan muncul dengan celana kain polosnya. Keren kan!
Sebagai laki-laki muslim, dokter Muslih juga memelihara janggut mengikuti
sunnah Rasulullah SAW. Coba perhatikan seksama dokter-dokter laki-laki,
khususnya yang muslim, di sekitar kita. Adakah mereka memelihara sunnah Rasul
ini. Tambahan lagi, jika kita menjadi pasien di rumah sakit, adakah dokter
selalu mengingatkan kita melaksanakan sholat 5 waktu. Dokter Muslih benar-benar
dokter muda yang luar biasa. Dia lah dokter dunia dan akhirat.
Novel ini
bukanlah sekedar kisah manusia dalam tulisan, rangkaian kata-kata. Novel ini
nyata dan benar-benar terjadi di dunia para pembaca yang sesungguhnya. Hanya
saja, untuk mendapatkan dan menemui dokter muslim sejati seperti dokter Muslih
masih sukar sebab jumlahnya yang masih sangat sedikit.
Tanpa ragu,
novel hebat ini highly recommended. Karya dokter Farhan yang bertajuk Denyut
Kasih Medik sangat cocok dibaca oleh 1) para dokter muda untuk dijadikan i'tibar
dan pengajaran , 2) para mahasiswa
kedokteran yang akan berkecimpung langsung dalam praktek yag sebenarnya
sehingga bisa mempersiapkan diri lebih awal menghadapi realitas lapangan yang
seringnya tak sama dengan yang dibayangkan ketika masih belajar, 3) para
muda-mudi (remaja) yang sedang membangun mimpi menjadi dokter, bisa menjadikan
dokter Muslih sebagai inspirasi, dokter dunia akhirat, dokter idaman umat,
serta 4) orang-orang pada umumnya, tak terbatas oleh apa pun profesi, juga
dialu-alukan membaca novel Islami ini agar pengetahuan tentang ilmu kedokteran
secara umum dan fiqh perobatan Islam bisa saling melengkapi dan
menguatkan akidah.
================================================================
Alhamdulillah.
Setelah membaca
kisah dokter Muslih, beberapa waktu kemudian, sang penulis, dokter Farhan
datang ke Brunei, mengisi ceramah pada acara seminar di Universitas Brunei
Darussalam. Hati menjerit ingin datang menghadiri, apa daya amanah mengikat
akal dan pergerakan. Cukuplah hati puas mendengar sekilas beritanya di TV.
Kira-kira ada nggak perkumpulan mahasiswa Indonesia yang mau mengundangnya jadi
pembicara? In Shaa Allah, saya langsung daftar dan pesan kursi paling depan :D.
Bagi yang suka nongkrong
di toko buku dan sekaligus kutu
buku, apakah novel Denyut Kasih Medik sudah masuk pasaran Indonesia? Bagi yang
minat, sila hubungi saya, GRATISSSSSSS tapi TERBATAS bagi yang beruntung sebab
saya pun kuatir cetakan pertamanya sudah habis.
Last but not
least, saya harapkan
tulisan yang mengandung sedikit banyak informasi ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Saya berdoa semoga Allah senantiasa memberi kita petunjuk-Nya, selalu
berada di jalan yang baik dan benar, sesuai syiariat-Nya. Aamiiin Ya Rabb.
Idol Doctors?Yesssssssss!
Ordinary Doctors? Uh, Noooooooooo!
Bandar Seri Begawan, Wednesday, 24th July 2013
22:20 at local time

belum ada cetakan yang dialih bahasakan ke indonesia mbak?
ReplyDeleteBelum ada dan mungkin tidak akan ada, akhi sebab bahasanya kan mirip bahasa Indonesia, meski tak sama 100%. Seru, lho bahasa Melayu!
ReplyDelete