Wednesday, February 27, 2013

Letters from the Tower

Letters from the Tower

(I Love You Two)



Introduction (Basa-basi)

Sampai hari ini, hanya ada dua program acara TV yang sanggup membuat saya duduk manis tanpa menyibukkan diri dengan hal-hal lain, bahkan untuk minum atau makan kecil sekalipun. Mereka adalah pertama, Kuliah Bersama Mufti dan kedua, Project X (Japanese Documentary). Sekilas nampak jelas bahwa kedua program acara tersebut tidak saling terkait, malahan sangat berlawanan. Kedua-duanya membicarakan topik yang berlainan, yang satunya religius dan satunya lagi duniawi. Bagaimanapun kita mencoba menghubung-hubungkan keduanya tetaplah tidak sama, satu ke kanan satunya lagi ke kiri, nggak akan ketemu.




Ketika mendengar Mufti menyampaikan kuliahnya, saya lebih sering dan cenderung diam membisu, merenung dan berpikir. Hal ini berdampak positif sebab mendorong saya agar lebih banyak lagi belajar agama Islam. Sungguh ilmu Allah itu besar luas tak terbatas. SubhanaAllah Walhamdulillah Wala Ilaha Illallahu Allahu Akbar.



Sedangkan, saat mendengar orang-orang yang berbagi pengalaman kehidupan hebat mereka di Project X, saya biasanya tersenyum dan tertawa (tiba-tiba) disebabkan beberapa alasan. Saya memiliki keunikan sendiri dalam menikmati sajian cerita-cerita Negeri Sakura itu. This unique feeling is like a special person you’ve been longing so far appeared just in front of you.Perasaan saya gembira, bahagia.



Akan tetapi, satu hal yang saya secara pribadi rasakan sebagai penikmat kedua program tersebut ialah kedua-keduanya sama-sama menyampaikan pesan kebahagiaan sejati di akhir cerita, meskipun dengan jalan yang berbeda.




Content (Inti Sari)



Baiklah kali ini saya ingin berbagi cerita yang baru saja saya dapatkan dari menonton Project X sore hari ini, 24 Februari 2013.



Minggu ini Project X menampilkan sejarah singkat pembangunan Tokyo Tower yang terkenal di seluruh dunia itu. Saya tidak akan membicarakan sebarang detail terkait dengannya, sebab pasti akan sangat panjang dan saya pun mesti perlu melengkapi tulisan dengan melakukan kajian dari beberapa referensi buku. Kalau asal-asal tulis, wah bisa dituntut saya, hahaha :D



Ada dua pria yang menjadi sorotan Project X selama masa kontruksi Tokyo Tower tersebut, Tuan G (Goro) dan Tuan T (Takeyama). Kita sering kali mendengar bahwasannya di sebalik pria hebat itu ada dua wanita hebat di belakangnya, yaitu ibunya dan isterinya. Salah atau betul, hayo?! Mhmh, kalau salah berarti anda bukan pria dan wanita yang hebat (Waduh, maaf jangan minder dulu. Secara prinsip, kita semua hebat. Coba tuliskan kehebatan anda sekecil apa pun itu dan beritahu pada orang-orang dekat yang anda sayangi. Menjadi hebat bukan lah masalah diketahui atau tidak oleh orang lain, melainkan diri kita sendiri dan orang-orang di dalam rumah kita. Itu yang penting.)



Kembali ke cerita Tuan G dan Tuan T.



Tuan G adalah pekerja kontruksi yang paling menonjol, maksudnya dia sangat terkenal di antara para pekerja lainnya. Dia memiliki ciri khas yang unik yang tidak dimiliki oleh para lelaki yang ada dalam projek menara. Ketika beliau diwawancarai, beliau dengan bercanda berkata kurang lebih seperti ini," Saya akan tunjukkan bahwa saya adalah pria yang hebat sehingga saya nanti bisa mendapatkan isteri yang saya inginkan, hahaha.... Seorang peremuan pasti akan melirik saya. Tunggu saja waktu akan bicara dan membuktikannya." Dalam hati, saya bertanya-tanya mengapa Tuan G sampai berlebihan seperti itu menyoal wanita. Apakah tidak ada seorang wanita pun yang menyukainya pada saat itu. Mhmh....mungkin karena perangainya yang agak aneh dan keliatan suka becanda sehingga nampak tidak serius membuat para wanita yang melihatnya jadi was-was, haha boleh jadi. Tuan G itu memiliki kepribadian yang menarik sekali sekaligus meragukan. Saya bisa memahami perasaan wanita yang tidak bisa serta-merta ‘mempertimbangkannya’.



Demi meraih impiannya itu, Tuan G pun bekerja keras dan pantang menyerah. Pada suatu hari, semasa dalam pembangunan menara, terpikirkan olehnya untuk melakukan janji temu dengan seorang wanita atas bantuan ibunya. Alasannya, dia ingin menikah. Setelah itu, hari pun tiba, berjumpalah dia dengan seorang wanita yang memiliki senyuman yang penuh pesona yang bernama Nona M (Misao). Sejak perjumpaan yang pertama itu, Tuan G langsung jatuh hati padanya. Dia menyatakan pengakuan dirinya pada Project X bahwa pada hari itu dia berkata pada dirinya sendiri, "Aku yakin dia adalah wanitaku dan aku pasti akan menikah dengannya." Keesokan harinya, Tuan G langsung memberitahu ibunya agar segera melamar Nona M. Namun, jawaban lama tak kunjung datang.





Lain lagi ceritanya dengan Tuan T. Dia sudah lama menyukai seorang gadis. Hanya saja dia belum mampu meyakinkan gadis itu dan ibunya. Hingga suatu hari dia mendapat tawaran untuk bergabung dalam projek Tokyo Tower sebagai instruktur. Selama pembangunan menara itu, pada malam hari selepas bekerja dia senantiasa meluangkan waktunya untuk menulis surat pada Nona R. Dalam surat-suratnya itu dia menceritakan segala sesuatu tentang pekerjaannya, kesulitan dan tantangan serta serba-serbi kehidupan pribadinya kepada wanita yang ia cintai itu. Dia sangat berterima kasih pada hadiah yang Nona R berikan padanya. Dalam satu suratnya dia mengungkapkan perasaannya, "Terima kasih banyak atas hadiah itu. Aku selalu memakainya setiap hari."





Kedua pria di atas telah menunjukkan kesungguhan mereka dalam bekerja sekaligus perjuangan pada wanita yang mereka cintai. Lalu, bagaimana dengan sambutan atau jawaban dari Nona M dan Nona R dari pihak wanita. Mari kita simak di akhir cerita di bawah ini.





Setelah sekian lama menunggu jawaban Nona M, Tuan G mendapatkan berita bahagia. Akhirnya lamarannya diterima. Dia merasakan bahagia yang tiada terkira. Bekerja pun semakin bersemangat. Apa yang membuat Nona M merasa yakin dengan Tuan G? Dia pergi mendatangi tempat bekerja Tuan G agar bisa melihat sendiri tempat seperti apa dan bagaiman dia bekerja. Di atas menara yang sedang dibangun itu, Nona M, dengan kedua matanya, melihat sosok pria yang sederhana itu, begitu khusuk dan tenang mengerjakan tugasnya yang beresiko dan berbahaya. Dari situlah, dia memantapkan hatinya untuk menerima lamaran Tuan G dan menikahinya sehari setelah peresmian Tokyo Tower dilaksanakan.



Di akhir program, ada sebuah scene memunculkan Tuan G dan Nona M di masa sekarang (yang tentu saja sudah tua) berada di atas lift Tokyo Tower, berdua. Di dalam lift Nona M berkata, "Uh, menakutkan ya." Lalu jawab Tuan G, "Ah, tidak. Aku sangat menyukainya." Kemudian mereka diam dan melirik satu sama lain, hehe



Sebagai penutup, sang pembawa acara Project X bertanya pada Tuan G, "Apa yang menjadi sebab semua pekerjaan berat itu menjadi terwujud seperti sekarang?" Dengan gayanya yang tenang, dia pun menjelaskan perasaannya, "Semua ini hanya terjadi karena cinta. Kami semua mencintai pekerjaan yang kami kerjakan. Kami melakukan segala sesuatunya yang terbaik sebab kami ingin melakukannya. Ini semua bukan tentang uang atau kemewahan semata. Kami bekerja secara murni dan tulus ikhlas sebab kami cintakan pekerjaan kami. Sebab cinta itulah maka tumbuhlah rasa tanggung jawab yang besar pada diri kami masing-masing. Saya pikir itulah yang menjadikan semua ini bisa terjadi." Tuan G menambahkan, "Dan saya sangat merasa bahagia dan bangga bisa memiliki pekerjaan yang hebat yang saya cintai serta seorang isteri yang tak kalah hebatnya yang begitu saya sayangi.”



Kemudian, bagaimana kisah selanjutnya, antara Tuan T dan Nona R.



Sebesar apapun cintanya pada Nona R, Tuan T tetap lah fokus bertanggungjawab pada amanah pekerjaan yang sedang dijalaninya. Bagaimana seorang laki-laki pada masa itu meluangkan waktu istirahat malamnya (bahkan pada jam 3 dini hari) hanya untuk menulis surat yang menceritakan hari-hari yang sudah/sedang dijalaninya pada hari itu. Dan jumlah surat yang dia kirim pada wanita yang ia cintai begitu lama itu melebihi 100 keping. Ketika saya melihat surat-suratnya itu di layar kaca TV (masih disimpan dengan sangat baik oleh Nona R hingga sekarang), meskipun saya bukanlah orang yang pandai dan paham bagaimana menulis kanji/huruf Jepang, setidak-tidaknya saya pernah belajar dan tahu, tulisan tangannya tidak begitu bagus dan bahkan nampak agak berantakan. Tidak mengherankan sebab Tuan T menulis surat-surat dalam keadaan penat yang luar biasa. Justru tulisannya yang apa adanya itu sangat-sangat menunjukkan ketulusannya pada Nona R.



Diceritakan pada akhir program, Nona R dan keluarganya menerima Tuan T dan menikah beberapa masa setelah Tokyo Tower diresmikan. Nona R menyatakan sebuah pengakuan pada Project X bahwa dia senantiasa menyimpan dan menjaga surat-surat yang dikirim oleh Tuan T. “Cerita-ceritanya sungguh luar biasa. Saya pun menceritakannya pada orang-orang terdekat saya. Saya sungguh begitu bangga padanya.... Saya berharap ketika saya meninggalkan dunia ini, saya ingin surat-surat ini pergi bersama saya. Surat-surat ini adalah nafas hidup saya yang sangat berarti jadi saya pun ingin mati bersamanya.”



Ya begitulah sepotong cerita singkat di sebalik sejarah pembangunan Tokyo Tower di Jepang. Saya percaya masih ada banyak lagi cerita-cerita hebat selain dari Tuan T dan Tuan G. Bagi anda yang sudah pernah menonton program acaranya secara langsung di NHK channel atau dari sumber-sumber lain selain dari pada tulisan pendek ini, mungkin berbeda-beda dalam menginterpretasikan pesan dan hikmah cerita kedua tokoh di atas. Itu hak masing-masing. Kita memiliki dasar pemikiran sendiri-sendiri.





Closing (Kritik dan Saran)



Bagi saya pribadi, dengan jujur dan subjektif, cerita dua pasang manusia itu memberi sinar yang positif tanpa memandang dari mana negara, ras/warna kulit dan agama mereka. Memang saya dan mereka memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tidak sama, namun bukan berarti saya langsung tak suka dengan semua tentang mereka. Walau bagaimanapun, kita semua adalah makhluk Tuhan Semeseta Alam, Tuhan Yang Esa. Apapun takdir yang DIA tentukan untuk kita, sehingga membuat kita berbeda-beda satu sama lain, kita masihlah diciptakan sama, sama-sama dianugerahkan fitrah sebagai manusia, makhluk Tuhan yang mulia.



Kebaikan atau hikmah itu sepatutnya tidak melihat siapa yang membawanya, melainkan esensi dari kebaikan atau hikmah itu sendiri. Salah satu dosen favorit saya pernah mengirim email dan menasihati saya, yang isinya menyatakan “Dengarkan dulu apa yang disampaikan (kebenaran), baru lihat siapa yang menyampaikannya.”



Nah, pesan moral apa yang bisa saya ambil dari kisah cerita manusia antara romance dan perjuangan ambisi kehidupan di atas. Dari sekian film, novel, cerpen, artikel dan berita tentang Jepang yang pernah saya ikuti, semuanya berakhir pada kesimpulan yang sama, yaitu kekuatan tekad dan pantang menyerah yang menggiring manusia merasakan kebahagiaan di dunia. Man Jadda Wa Jadda, sama seperti halnya pepatah Arab yang terkenal itu.



Kebahagiaan yang sesungguhnya baru benar-benar terasa setelah melewati kesulitan dan tantangan yang dahsyat. Kalau kesusahan hidup yang dialami hanya biasa-biasa saja, berarti iman (keteguhan jiwanya) pun biasa-biasa saja. Bukankah Allah menguji manusia menurut tingkat keimanannya. Jadi, beruntunglah kita apabila kita dihadapkan pada masalah kehidupan yang besar (relatif) sebab itu berarti telah ada lampu hijau yang mengisyaratkan bahwa kita akan naik ke kelas yang lebih tinggi, In Shaa Allah.



Saya mengaku salut baik pada Tuan G dan Tuan T yang sama-sama mampu bersikap rasional ditengah-tengah perasaannya yang menggantung pada wanita yang mereka cintai. Mereka berdua tetap berdiri kokoh pada tanggung jawabnya yang besar pada proyek menara. Dan, pada waktu yang sama mereka pun terus berupaya mendapatkan hati wanita yang ada dalam harapan, cita-cita mereka. Pekerjaan dan wanita adalah dua hal yang sama-sama mereka cintai karenanya perjuangannya pun harus sama, tidak melebihi ataupun mengurangi salah satu pihak. Fokus minda dan wujud perbuatan untuk kedua-duanya sama-sama 100%.



Kebanyakan cerita fiksi ataupun non-fiksi, laki-laki sering tergambarkan lemah karena wanita. Sehingga dalam cerita-cerita seperti itu, sosok wanita menjadi objek sasaran kuat lemahnya jiwa laki-laki. Itu bisa jadi sangat benar. Namun, kita tidak bisa serta merta menerimanya sebagai pernyataan yang absolut, mutlak. Mengapa? Karena dunia ini itu tidak hanya ada satu warna, ada juga laki-laki yang luar biasa yang tidak tergolong dalam cerita yang sudah umum tersebut. Menjadi tidak umum artinya menjadi khusus – special.



Apa yang spesial dari Tuan G dan Tuan T. Mereka berdua tidaklah sama seperti pemuda-pemuda yang mengejar-ngejar cinta di luar batas kewajaran sosial (lebay). Mungkin mereka tidak melakukannya sebab mereka tidak tahu caranya (laki-laki yang kaku). Walaupun demikian, mereka pun mempunyai caranya sendiri yang lebih jujur, tanpa dibuat-buat. Sehingga, wanita yang sebelumnya terjebak dalam keraguan yang membelenggu akhirnya menjadi terbebas dan yakin.



Sungguhlah benar bahwa kejujuran itu sederhana, jadi sederhanalah. Menjadi sederhana demi kejujuran – kemurnian dari hati yang tulus, tak kan membiarkan kita kehilangan apa yang kita harapkan. Boleh jadi kita diuji dengan tidak terpenuhinya harapan itu, namun apakah tidak mungkin kita malah mendapatkan yang lebih dari pada yang kita harapkan. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah yang menghendaki.



Dalam apapun yang anda yakini itu baik dan benar, bulatkan tekad dan bersemangat pantang menyerah. Man Jadda Wa Jadda . Good Luck!



P.S.

1. Maaf jika ada kesalahan pada nama. Karena itulah, saya sengaja menggunakan inisial dari huruf pertama dari nama asli mereka – itu sajalah yang saya ingat dengan penuh keyakinan.




2. Mengapa judul hanya condong pada cerita Tuan T dan Nona R. Apakah penulis tidak begitu menyukai kisah cerita Tuan G dan Nona M. Saya pada dasarnya memang suka menulis surat. Karena ada ‘unsur’ surat itu lah saya jadi terinspirasi menulis catatan pendek ini secara kilat. Jadi, saya minta maaf apabila tulisannya tidak begitu rapi dan loncat sana-sini. Mohon bimbingan komentar dari para pembaca.

Wednesday, February 6, 2013

I never feel lonely, but always happy


Simpanan di Dalam Hati (Chokin)

 

Setiap kutemui kebaikan seseorang

Kusimpan kebaikan itu di dalam hati

Persis seperti sebuah simpanan di dalam bank

 

Ketika ku merasa sepi

Kuambil simpanan itu

Dan kembali bahagia

 

Jadi,

Pastikan membuat simpanan

Seperti itu

Di dalam hatimu

 

Itu

Jauh lebih baik

Dari uang pensiun

 

By Toyo Shibata

Sayonara

Kau Datang untuk Pergi

Kedua mata dan telinga
Untuk melihat dan mendengarmu hari ini
Akhirnya merelakanmu
Melangkah jauh

Kau datang, muncul tiba-tiba
Dan
Pergi begitu saja

Tersadar,
Kau memang
Hadirkan senyummu
Dan meninggalkannya
Untukku

Indah,
Dan indah sekali
Terima kasih

Aku bukan siapa-siapa bagimu
Namun kau adalah ‘seseorang’

Kau mungkin tak kan pernah tahu
Apa yang ingin kukatakan
Kau mungkin tak kan pernah tahu
Apa yang sebenarnya kurasakan

Tapi aku yakin
Dan DIA pun tahu
Mimpiku dan mimpimu adalah sama

Karenanya,
Aku rela
Dan kau pun pergi

Kau adalah air
Yang jernih, suci, murni dan sejati
Teruslah bergerak
Dan selalu mengalir

Betapapun jauh kau di sana
Kau tetaplah dekat
Di hati dan doaku

Meski, mungkin
Tak kan berjumpa lagi
Aku yakin
Suatu hari nanti
Kau akan datang kembali

Walaupun,
Kau telah berubah sempurna –menyilaukan
Kata-kata yang tak sempat terungkapkan
Perasaan yang hanya terpendam
Tetap sama untukmu
Aku akan selalu mengenalimu

Dan jika
Waktu….
Tak membiarkan itu

Semoga Allah
Mendengarkan doaku
Kembali lagi kita bersua
Di dunia masa depan
Yang kekal abadi nan hakiki

Amiin.

Ninga Sensei

At Sensei's Room, Friday 1st February 2013 1:05 PM